Sebagai media audio, radio
memiliki tantangan lebih untuk menyajikan informasi yang kredibel dan bisa
dicerna dengan benar oleh pendengar tanpa distorsi. Radio yang mengandalkan
telinga pendengar, juga sering disebut sebagai ‘half ears media’ atau media
sambil lalu karena untuk mendengarkan radio, bisa dilakukan sambil melakukan
kegiatan yang lain.
Dengan demikian, kredibilitas
tidak dapat ditawar dan harus dijaga. Kredibilitas atau saya sebut sebagai C
besar (diambil dari huruf depan Credibility), bisa dicapai jika berita yang
kita sampaikan memenuhi unsur a, b dan c.
a (ACCURACY)
Accuracy atau kecermatan adalah
hal yang sangat mendasar dalam pembuatan berita radio. Kecermatan dan
kehati-hatian dibutuhkan saat kita mencari fakta-fakta yang benar, baik fakta
tentang suatu peristiwa, figur maupun nama-nama yang terlibat dalam sebuah
berita.
Meski radio memungkinkan untuk menyajikan berita lebih cepat dari media lain, kita tetap harus menyajikan fakta dan tidak boleh menduga-duga. Bukan alasan karena dituntut untuk cepat kita boleh melakukan kesalahan. Editing berita juga harus dilakukan dengan hati-hati, agar fakta-fakta penting tidak dihilangkan hanya sekedar untuk memenuhi target durasi yang sudah ditetapkan.
Jika kita mengangkat berita dari
rumor / isu, kita harus secara terbuka memberitahu bahwa yang kita sampaikan
ini adalah rumor yang beredar di masyarakat. Kita tidak membohongi pendengar
karena faktanya saat ini beredar rumor tersebut di masyarakat.
Berita juga tidak boleh berisi
opini radio kita - dalam hal ini newscaster maupun reporter. Kalaupun ada
opini, biarlah narasumber yang beropini. Jika mengambil data dari buku ataupun
media lain, jangan lupa untuk melakukan recheck terhadap data-data yang ada. Media
besar dan terkenal belum tentu tidak bisa salah.
Bila kita tidak cermat dan data
yang kita sajikan dalam berita tidak akurat, bisa dipastikan radio kita akan
kehilangan kredibilitas dan pendengar. Alih-alih mendapatkan pendengar, yang
ada kita bisa berurusan dengan hukum.
Dalam tulisan saya sebelumnya,
kita sudah berbicara tentang salah satu faktor dari rumus jurnalistik radio,
yaitu elemen a atau Accuracy.
Elemen berikutnya adalah:
b (balance)
Balance atau keseimbangan adalah
unsur penting berikutnya yang harus diperhatikan dalam jurnalistik radio, jika
kita tidak ingin kehilangan kredibilitas. Dalam berita atau liputan yang kita
siarkan, setidaknya harus berisi pendapat semua pihak, atau disebut juga ‘cover
both side’ terutama jika kasus yang kita
angkat kontroversial.
Pada saat kita dikejar deadline
sehingga tidak ada pilihan lain dan terpaksa harus menyiarkan sebuah berita
yang tidak mendapatkan penjelasan dari masing-masing pihak, pada saat
menyiarkan berita itu, kita harus menyebutkan bahwa sampai saat ini kita belum
bisa mendapatkan penjelasan dari yang bersangkutan, namun masih terus berusaha
mendapatkannya. Namun trik ini tidak dianjurkan, kalau bisa jangan dilakukan
jika tidak terpaksa. Jangan lupa untuk selalu menyimpan materi-materi berita
yang kontroversial setelah disiarkan, agar kita bisa mendengarkan ulang jika
terjadi masalah.
Keseimbangan tidak hanya dinilai
dari kesempatan berbicara yang kita berikan kepada yang bersangkutan, namun
juga pada durasi, frekwensi dan jam penyiarannya. Jangan sampai pihak yang satu
merasa disiarkan lebih sedikit atau lebih pendek dari yang lain. Jangan juga
sampai yang satu disiarkan di jam prime time sementara yang lain merasa
disiarkan di jam yang sepi pendengar.
Jika kita melupakan faktor b ini,
salah-salah radio kita bisa dianggap tidak berimbang dan membela kepentingan
sepihak. Di Indonesia, selain masalah politik apalagi menjelang pilkada atau
pilpres, kita juga perlu berhati-hati dengan balance pada saat memberitakan
masalah agama, ras dan golongan.
Contoh kesulitan yang biasa
ditemukan di Indonesia
pada saat jurnalis radio berusaha mendapatkan ‘balance’:
ketakutan atau tekanan dari pihak
tertentu
susah mendapatkan narasumber yang
berani bicara dan mau bicara benar
kurang memiliki data narasumber yang
lengkap
narasumber lebih memilih media
yang lebih besar sebagai corong bicara
reporter dikejar deadline,
sehingga laporan pun apa adanya
boleh ditambah dll…
Tips aman: jangan main api kalau
takut panas, jangan main air kalau takut basah
Dalam jurnalistik radio,
kredibilitas adalah aset jurnalistik yang terbesar karena berkaitan dengan
kepercayaan pendengar terhadap radio kita.
Setelah faktor a (accuracy) dan b
(balance), kali ini akan dibahas faktor ketiga dalam rumus jurnalistik radio
untuk mencapai C (credibility) yaitu:
c (clarity)
Clarity bisa diartikan sebagai
mudah dipahami atau jernih atau jelas. Lagi-lagi karena hanya mengandalkan
audio, jurnalis radio dituntut untuk bisa menghadirkan berita yang jelas, tidak
membuat bingung dan jangan sampai bisa menimbulkan multi tafsir bagi pendengar.
Perlu juga diingat bahwa berbeda
dengan media cetak, pendengar tidak bisa sesuka hati mengulang informasi yang
baru saja didengarnya. Kalau pun informasi yang disiarkan adalah rekaman,
mereka memerlukan waktu yang lain untuk bisa mendengarkan informasi tersebut
(siaran ulang).
Di radio, kita hanya mempunyai
satu kali kesempatan untuk bisa pendengar memahami apa yang kita sampaikan.
Untuk itulah clarity menjadi hal yang tidak bisa ditawar dalam penyajian berita
di media audio yang sekilas ini. Jika penyiar kita saja tidak memahami
persoalan atau materi yang akan disampaikan, apalagi pendengar kita.
Agar dapat menyajikan informasi
yang jelas dan mudah dipahami oleh pendengar, selain artikulasi atau pelafalan
penyiar yang jelas, sebisa mungkin dalam penulisan naskah digunakan kata-kata
atau istilah yang umum bagi pendengar. Selain itu gunakanlah kalimat yang
simpel - kalimat tunggal satu, satu kalimat satu pesan, seperti yang ada pada
tulisan saya sebelumnya.
Accuracy dilengkapi dengan
Balance ditambah dengan Clarity akan membawa radio kita menjadi media yang
CREDIBLE, yang bisa dipercaya dan diandalkan sebagai sumber informasi oleh
pendengar kita. Jika kita tidak berusaha meraih kredibilitas, pendengar tidak akan
mempercayai informasi apapun yang disampaikan oleh radio kita. Sehingga semua
yang kita lakukan tidak akan ebih baik dari pemborosan waktu dan sia-sia.


















